Tau sendiri kan, jadi ibu rumah tangga berarti keseharian kita mayoritas berkutat di rumah. Istilah kerennya menjaga rumah biar stay in track! Untuk menjaga rumah biar stay in track tapi ga burned out tentu saja ada ilmu dan tipsnya. Salah satu ilmunya adalah harus bisa bagi waktu.
Pentingnya Bagi Waktu untuk Ibu Rumah Tangga
Sepertinya mayoritas ibu rumah tangga akan setuju dengan pendapat bahwa pekerjaan rumah itu ga ada habisnya. Baru selesai nyuci piring kotor, ada lagi piring kotor. Begitu juga dengan baju kotor yang baru dicuci tapi belum sempet di lipat dan di simpan di lemari, eh keranjang baju kotor sudah terisi kembali.
Dengan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya, waktu 24 jam pun tidak cukup untuk menyelesaikannya, ya kan? Lalu, kapan kita punya waktu untuk diri sendiri (me-time)? Hello, burned out! 😂
Tanpa me-time, kemungkinan untuk burned out tentu saja akan terjadi lebih sering, terutama untuk ibu rumah tangga yang mempunyai bayi usia pra sekolah. Siapa yang kadang suka burned out karena merasa over stimulated dengan pekerjaan rumah dan mengasuh anak? Sini kumpul! 👋
Tips Bagi Waktu untuk Ibu Rumah Tangga
1. Bagi Tugas Rumah dengan Suami
Perlu disadari bahwa untuk kita yang tidak mempunyai asisten rumah tangga, berbagi pekerjaan rumah tangga dengan suami adalah hal yang penting dan perlu dikomunikasikan sejak awal bahkan sebelum pernikahan terjadi.
Di keluarga saya sendiri misalnya, tugas untuk mencuci baju dan menyikat kamar mandi menjadi jobdesk suami. Sementara saya yang full menjadi ibu rumah tangga di rumah mengerjakan sisanya.
Masing-masing keluarga tentu saja mempunyai kebijakan sendiri yang tidak bisa dibandingkan dengan keluarga lain, jadi temukan formula berbagi tugas dengan pasangan masing-masing ya!
2. Memasak Sekaligus di Satu Waktu
Salah satu kegiatan harian yang tidak bisa di lewatkan dalam kehidupan kita sehari-hari tentu saja adalah MAKAN. Berapa kali sih kita memasak dalam satu hari? Perlu kita sadari bahwa semakin sering kita memasak, semakin menumpuk pula cucian perkakas memasak kita. Jadi, akan lebih menghemat waktu dan tenaga jika kita sekaligus memasak porsi seharian di pagi hari atau malam hari.
Jangan lupa pula untuk menyiapkan list menu dan sekaligus meal prep di akhir pekan agar di hari kerja kita sudah tidak bingung lagi mau memasak menu apa.
3. Beri Waktu Playground Time untuk Anak
Tips berikut ini berlaku untuk ibu rumah tangga yang mempunyai anak, usia berapa pun itu. Seperti yang kita tau, masa anak-anak adalah masa untuk bermain, jadi akan lebih baik jika kita menetapkan waktu untuk bermain. Fungsinya adalah agar kita tidak stress melihat mainan yang berserakan. Misalnya, kita tetapkan waktu bermain adalah di jam 8 pagi sampai ashar, daam rentang waktu itu, kita akan lebih legowo melihat mainan yang berserakan bagaikan ranjau.
Lalu, setelah ashar baru kita bisa mengajak anak kita untuk bersama-sama membereskan rumah (anak beres-beres mainan, kita beres-beres rumah). Kemudian setelah ashar sampai waktu tidur anak bisa di isi dengan kegiatan lain yang tidak melibatkan mainan, seperti membaca buku atau coloring.
4. Atur Waktu Me-Time
Kapan waktu me-time-mu? Waktu me-time tentu saja sifatnya dinamis ya, namun harus ditentukan, di sempatkan, dan jangan lupa pula untuk dibicarakan dengan pasangan dan anak. Efek jika ibu rumah tangga ga punya waktu untuk me-time adalah bisa-bisa kita malah curi-curi waktu untuk mencari hiburan di sela-sela kita harus mengurus anak. Hasilnya apa? Me-time ga tuntas, anak-anak pun ga terurus dengan maksimal.
Untuk sekarang ini, saat anak saya sudah di usia yang bisa diajak berkomunikasi, mereka sudah bisa memahami bahwa ibunya pun kadang butuh space untuk dirinya sendiri. Jadi, mereka sudah ga protes ketika saya pamit untuk hangout dengan teman ataupun ga ikut pergi jalan-jalan keluar karena sedang ingin di rumah saja.
5. Minta Tolong saat Butuh Bantuan
Sebagai wanita, kita pasti menyadari bahwa mayoritas dari kita bicara kurang lebih 20.000 kata per hari. Jauh lebih banyak dari laki-laki yang berbicara di kisaran 7.000 kata per hari. Tentunya sadar juga kan bahwa sebagai ibu rumah tangga, kata-kata harian kita tersebut seringnya muncul dalam bentuk omelan?
Seiring berjalannya waktu sebagai ibu rumah tangga, saya sedikit banyak mulai menyadari bahwa omelan saya banyak berkutat tentang ekspektasi saya untuk dibantu dalam hal mengerjakan tugas rumah tangga, namun saya tidak dengan jelas mengatakannya. Tipikal wanita, pengennya orang sekitar peka, tapi tidak mau mengatakannya secara langsung hehehe.
Untuk mengatasi hal tersebut, saya berusaha membiasakan diri saya untuk minta bantuan bila memang dibutuhkan. "Tolong bantu ibuk masukin baju yang udah di sortir ke lemari masing-masing dong?", "Tolong bantu Ibuk sortir laundryan boleh?", "Mas, sampahnya penuh, boleh tolong dibuangin?", "Dedek, alas kakinya tolong dirapikan ya?"
Menyenangkan sekali rasanya mendapatkan bantuan, saya menjadi tidak terlalu capek, anak-anak pun juga sekalian mengasah live surviving skill mereka.
Menyenangkan sekali rasanya mendapatkan bantuan, saya menjadi tidak terlalu capek, anak-anak pun juga sekalian mengasah live surviving skill mereka.