Alhamdulillah, udah masuk hari ke-5.
Sebenernya hari ini pengen bikin laporan tentang bentuk geometri gituuu.
Tapi ternyata kemarin ga sempet bikin, malah kondisi rumah lg kurang kondusif karena pada kurang tidur. Jadilah hari ini mau bahas tentang cerita Balya waktu main lego di sekolahannya.
Sedikit cerita, Balya itu dari dulu, tipe anak yang ga terlalu suka main sesuatu yang pasti, misal mobil atau bola. Dia tipe anak yang suka mengembangkan mainan dari benda di sekitarnya. Misal, bantal jadi sushi, roda troli jadi setir, panci jadi tempat main air gituuu.
Begitu juga dengan lego dan puzzle, dia baru minat mainan 2 hal itu di umur menjelang 5 tahun. Nah, sekarang ini dia di sekolah tiap hari main lego bareng 2 temennya, Sean dan Kenneth. Lucunya, Balya ini kayak sadar diri kalo dia ga terlalu ahli untuk main lego, jadi yang biasa dia lakuin adalah jadi asisten 2 anak itu waktu main lego. Semacam ini cerita Balya biasanya.
B: Ibuk, tadi mas main lego lho sama Sean dan Kenneth.
I: oya? bikin apa?
B: mas bikin gedung yang tinggi banget. Sean yang bagian nyusun, Kenneth yang bagian ngambil lego, Mas yang jaga biar legonya ga rubuh, Sanme setinggi Mas lho buk legonya.
atau
B: Buk, tadi Mas diajarin bikin T-rex sama Sean dan Kenneth
I: gimana caranya?
B: pertama bikin kakinya, terus badannya, terus baru kepalanya gitu. Tapi mas masih belum terlalu bagus bikinnya, besok mau belajar lagi.
--
Insight yang aku dapet dari cerita Balya itu adalah tentang logika dan penerimaannya tentang nyusun lego yang dia belum terlalu bisa, tapi mau belajar dari temennya, Juga tentang Balya yang menyediakan diri untuk bantu temennya, sementara juga menyerap ilmu yang ada di temennya itu.
Selain itu, emang main lego itu membantu stimulasi logika anak banget sih, Kayak tentang mau kubikin gimana ya bangunan ini, perlu berapa lagi ya legonya, dan juga saling menahan diri biar main lego bareng temen tetep seru.
Yak, sekian laporan hari ini, no picture for this post, Semoga hari ini sempet eksekusi bentuk geometri. Amiiiin!
Sebenernya hari ini pengen bikin laporan tentang bentuk geometri gituuu.
Tapi ternyata kemarin ga sempet bikin, malah kondisi rumah lg kurang kondusif karena pada kurang tidur. Jadilah hari ini mau bahas tentang cerita Balya waktu main lego di sekolahannya.
Sedikit cerita, Balya itu dari dulu, tipe anak yang ga terlalu suka main sesuatu yang pasti, misal mobil atau bola. Dia tipe anak yang suka mengembangkan mainan dari benda di sekitarnya. Misal, bantal jadi sushi, roda troli jadi setir, panci jadi tempat main air gituuu.
Begitu juga dengan lego dan puzzle, dia baru minat mainan 2 hal itu di umur menjelang 5 tahun. Nah, sekarang ini dia di sekolah tiap hari main lego bareng 2 temennya, Sean dan Kenneth. Lucunya, Balya ini kayak sadar diri kalo dia ga terlalu ahli untuk main lego, jadi yang biasa dia lakuin adalah jadi asisten 2 anak itu waktu main lego. Semacam ini cerita Balya biasanya.
B: Ibuk, tadi mas main lego lho sama Sean dan Kenneth.
I: oya? bikin apa?
B: mas bikin gedung yang tinggi banget. Sean yang bagian nyusun, Kenneth yang bagian ngambil lego, Mas yang jaga biar legonya ga rubuh, Sanme setinggi Mas lho buk legonya.
atau
B: Buk, tadi Mas diajarin bikin T-rex sama Sean dan Kenneth
I: gimana caranya?
B: pertama bikin kakinya, terus badannya, terus baru kepalanya gitu. Tapi mas masih belum terlalu bagus bikinnya, besok mau belajar lagi.
--
Insight yang aku dapet dari cerita Balya itu adalah tentang logika dan penerimaannya tentang nyusun lego yang dia belum terlalu bisa, tapi mau belajar dari temennya, Juga tentang Balya yang menyediakan diri untuk bantu temennya, sementara juga menyerap ilmu yang ada di temennya itu.
Selain itu, emang main lego itu membantu stimulasi logika anak banget sih, Kayak tentang mau kubikin gimana ya bangunan ini, perlu berapa lagi ya legonya, dan juga saling menahan diri biar main lego bareng temen tetep seru.
Yak, sekian laporan hari ini, no picture for this post, Semoga hari ini sempet eksekusi bentuk geometri. Amiiiin!
No comments:
Post a Comment